Pasar Hijab Dikuasai Produk Impor, Menparekraf: Harus Bisa Direbut Pelaku Ekraf Lokal

1669381573

inputbali.com – BANDUNG – Potensi pasar hijab nasional ternyata begitu menggiurkan. Data terbaru dari World Economic Forum (WEF) menyebut, masyarakat Indonesia menghabiskan US$6,9 miliar atau sekitar Rp 91 triliun per tahun untuk membeli sebanyak 1 miliar hijab setiap tahunnya. Sayangnya, sekitar 75% pasar hijab, masih dikuasai oleh produk-produk impor.

Temuan dari artikel WEF yang ditulis oleh social commerce Evermos tersebut, menjadi topik yang sedang hangat diperbincangkan publik, bahkan beberapa tokoh masyarakat turut menanggapinya. Diantaranya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas.

Dikatakan, sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak, tak heran jika pasar busana muslim seperti hijab di Indonesia begitu besar.

Dikatakan Sandi, semua pelaku ekonomi kreatif lokal harus merebut pasar dan jadi juara di negeri sendiri. “Ini peluang usaha yang potensial dan mampu membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat, jadi harus kita optimalkan,” papar Sandi belum lama ini.

Menurutnya, pemangku kepentingan perlu bekerja sama supaya produk lokal menangkan pasar domestik. Sandiaga Uno menjelaskan bahwa Kemenparekraf sendiri akan terus menggenjot sektor ekonomi kreatif. Beberapa langkah tersebut antara lain dilakukan dengan memberikan kemudahan untuk pelaku usaha ekonomi kreatif serta meluncurkan berbagai program seperti program Apresiasi Kreasi Indonesia dan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.

“Bukan hanya Gerakan Bangga Buatan Indonesia, tapi juga bangga beli produk kreatif lokal. Local pride! Itu yang harus ditanamkan, sehingga potensi luar biasa ini bisa berdampak langsung kepada masyarakat,” lanjut Sandiaga Uno, sembari yang mengajak masyarakat untuk lebih banyak menggunakan produk lokal.

Sementara itu, CEO dan Co-founder Evermos, Ghufron Mustaqim, menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk terus berupaya mengoptimalkan potensi tadi, dengan cara, menghubungkan brand lokal dengan jaringan ratusan ribu reseller aktif Evermos di seluruh Indonesia. “Evermos membantu para pengusaha untuk dapat memperluas pasarnya hingga Sabang dan Merauke,” katanya di Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Kembali pada pada data WEF, disebutkan bahwa pasar global busana muslim seperti hijab telah mengalami peningkatan sebesar 5,7% dari US$279 miliar di 2020 menjadi US$295 miliar di tahun 2021. Diperkirakan nilainya akan terus tumbuh, hingga 6% atau setara dengan US$ 313 miliar pada tahun 2022.

Sandiaga Uno berpendapat, proyeksi ini membuktikan besarnya potensi pasar hijab dunia. Oleh karena itu, peluang usaha ini harus dimenangkan oleh pengusaha domestik untuk membuka lebih banyak lapangan kerja dan peluang usaha.

Dalam kesempatan berbeda, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas berharap pemerintah dapat senantiasa terus mendukung dan memberikan perhatian lebih kepada industri hijab, sehingga pasar hijab dalam negeri benar-benar bisa dikuasai oleh produksi lokal.

Lebih lanjut menurut Anwar Abbas, ketika produk hijab dalam negeri dapat bersaing di pasar global, hal ini akan menambah cadangan devisa negara dan membuat Indonesia semakin kompetitif di mata dunia. Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak turis atau ekspatriat untuk datang ke Indonesia dan melakukan transaksi domestik seperti bisnis, wisata, atau berbelanja. “Bila hal ini menjadi kenyataan, maka dampaknya jelas akan sangat positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian nasional,” jelas Anwar Abbas.

error: Content is protected !!
Exit mobile version