Bni Griya Exo – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim berpesan kepada para mahasiswa agar tidak terus berada dalam zona nyaman mereka. Hal itu disampaikannya dalam Program Pengenalan Kampus bagi Mahasiswa Baru Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta pada Senin, 18 September 2023.
“Tidak ada kesuksesan tanpa keberanian mengambil risiko. Keluarlah dari zona nyaman, lakukan hal-hal sulit dan baru,” katanya, dikutip Pikian-Rakyat.com dari Antara, Selasa, 19 September 2023.
Ia meminta para mahasiswa tidak hanya belajar di kampus saja. Setiap mahasiswa pun diminta untuk mampu mengidentifikasi minat dan bakatnya sesuai hati nurani masing-masing.
“Jangan cuma belajar di kampus saja, namun terlibat lah dalam berbagai aktivitas yang mengasah kepemimpinan dan kepedulian terhadap lingkungan sosial,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Kesuksesan harus didefinisikan kalian masing-masing. Jangan pakai kriteria orang lain nanti sengsara,” ucapnya melanjutkan.
Dalam kesempatan tersebut, Nadiem Makarim turut menyinggung soal Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ia mengajak para mahasiswa untuk masuk ke platform tersebut dan memilih program yang diminati atau program pembelajaran di luar prodi guna melengkapi keahlian sesuai cita-cita.
Melalui program tersebut, ilmu yang telah dikantongi para mahasiswa selama perkuliahan di kampus pun bisa diasah.
“Kamu juga bisa proaktif datang ke prodi di kampus mengajukan gagasan program MBKM mandiri sesuai dengan kondisi kampus,” tuturnya.
Sebelumnya, Nadiem Makarim mengatakan bahwa tugas akhir mahasiswa program sarjana di perguruan tinggi tidak harus berupa skripsi. Namun, ia menyebut keputusan mengenai jenis tugas akhir itu berada di tangan masing-masing perguruan tinggi.
“Ini harusnya bukan Kemendikbudristek yang menentukan, harusnya setiap kepala prodi punya kemerdekaan untuk menentukan gimana caranya mereka mengukur standar kelulusan capaian mereka,” ujarnya, dikutip dari YouTube Kemendikbud.
“Tugas akhir bisa berbentuk macam-macam, bisa berbentuk prototipe, bisa berbentuk proyek, bisa berbentuk lainnya. Tidak hanya skripsi, tesis atau disertasi. Bukan berarti tidak bisa tesis,disertasi, tapi keputusan ini ada di masing-masing perguruan tinggi,” ucapnya melanjutkan.
Baca Juga: Nadiem Makarim Bakal Pantau Perkembangan Kasus Kebakaran Museum Nasional Indonesia
Nadiem Makarim pun mengungkapkan alasan di balik mengapa skripsi tak lagi diwajibkan sebagai tugas akhir atau cara untuk menunjukkan kompetensi mahasiswa .
“Tetapi, di dunia sekarang, ada berbagai macam cara untuk menunjukkan kemampuan atau kompetensi lulusan kita. Ini mulai aneh kebijakan ini, karena ada berbagai macam prodi yang mungkin cara kita menunjukkan kemampuan kompetensinya itu dengan cara lain, apalagi kalau yang vokasi ya,” tuturnya.
“Kalau kita ingin menunjukkan kompetensi seorang dalam suatu bidang yang technical, apakah penulisan karya ilmiah yang di-publish secara scientific itu adalah cara yang tepat untuk mengukur kompetensi dia dalam technical skill itu? Dan ini bukan hanya di technical, dalam akademik juga sama,” katanya. ***